HEADER2

TERIMA KASIH ANDA TELAH BERKUNJUNG KE BLOG KAMI

Jumat, 08 September 2017

SIRAMAN ROHANI

KHUTBAH JUM'AT

Menjaga Ketakwaan



Majelis jum’at rahimakumullah
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehaditat Allah Swt, yang telah menganugerahkan kenikmatan kepada kita, yang saat ini setidaknya kita telah merasakan nikmat sehat dan waktu, bahkan juga pertolongan-Nya sehingga kita dapat memanfaatkan nikmat itu untuk memenuhi salah satu kewajiban sebagai orang yang beriman melaksanakan ibadah jum’at ini.
Semoga dengan niat kita yang ikhlas berangkat dari rumah menuju majelis ini, kita tidak hanya tercatat sebagai hamba yang sekadar telah memenuhi kewajiban, tetapi juga mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kita sepekan yang lalu sebagaimana disampaikan oleh nabiyullah Muhammad saw bahwa “shalat lima waktu, hari jum’at sampai hari jum’at berikutnya, bulan ramadhan sampai ramadhan berikutnya, merupakan penghapus dosa antara waktu-waktu tersebut, selama tidak mengerjakan dosa-dosa besar. (HR. Muslim).
Ibadah shalat jum’at sebenarnya bukanlah ibadah yang remeh temeh dan rutin semata. Yang bisa kita lakukan sambil lalu. Ada banyak manfaat yang bisa kita petik dalam ibadah ini.
Rasulullah saw juga selalu bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan ibadah yang satu ini. Rasulullah saw, mencontohkan bagaimana beliau mempersiapkannya: pada jum’at pagi beliau melakukan potong kuku, merapikan rambut, memilih baju yang bagus dan diberi minyak wangi, mandi besar, dan tidak lupa bersiwak/sikat gigi.
Dengan ibadah jum’at kita bisa menunjukkan kepada orang lain betapa besarnya umat Islam, betapa rapi dan kuatnya barisan umat utama ini.
Berikutnya, marilah kita perbaharui kesaksian sebagai sumpah kita, bahwa tidak ada sesembahan selain Allah SwT. Kepada-Nya kita menyembah; kepada-Nya kita memohon; kepada-Nya kita menggantungkan setiap pengharapan; kepada-Nya kita mengadu dan mohon petunjuk solusi setiap permasalahan pelik; dan kepada-Nya pula kita akan kembali.
Kita perbaharui pula kesaksian kita, bahwa Nabiyullah Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya. Kepada Rasulullah saw kita mengikuti tuntunan dalam beribadah; tidak ada ibadah mahdlah melainkan telah dicontohkannya; kepada beliau kita berharap untuk mendapatkan syafaat di hari kiyamat nanti.
Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan Allah Swt kepada beliau, kepada keluarganya, kepada shahabat-shahabatnya serta kepada seluruh para pengikutnya hingga akhir zaman nati. Aamiin.
Majelis jum’at rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Swt kapanpun dan dimanapun kita berada. Ta’rif atau pengertian takwa di sini adalah memelihara diri kita dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hendaklah kita tetap menjaga sikap dan sifat takwa ini karena ketakwaan akan mengumpulkan segala kebajikan. Memulai dengan tidak meninggalkan amalan-amalan wajib terlebih dahulu akan memupuk ketakwaan.
Namun, walau mudah diucapkan untuk menjadi orang yang benar-benar bertakwa sungguh tidak semudah yang diucapkan. Semua harus ada ketetapan hati yang kokoh dan keistiqamahan untuk melaksanakannya.
Kita semua tahu, shalat subuh dan empat shalat wajib yang lain itu jauh lebih utama bila dilakukan secara berjamaah di masjid. Setiap langkah kita ke arah masjid itu dihitung sebagai amal baik. Namun, kadang pengetahuan itu berbeda dengan perlakuan. Berapa dari kita yang bisa senatiasa menjaga shalat wajibnya dengan selalu berjamaah di masjid?
Kita juga tahu, bahwa mengeluarkan zakat itu wajib. Infak itu sangat dianjurkan. Namun, berapa persen dari kita yang rutin mengeluarkan zakat wajib dan berinfak secara teratur? Banyak dari kita yang tiba-tiba menjadi sangat kikir dan pura-pura tidak tahu tuntunan agama tentang keutamaan infak.
Oleh karena itu, untuk benar-benar bisa menjadi orang yang bertakwa, kita harus selalu berusaha untuk memadukan pengetahuan agama dengan kelakuan kita.
Mengapa kita harus menjadi orang yang bertakwa? Karena hanya keutamaan sajalah yang akan kita dapat kalau kita bisa menjadi orang yang bertakwa. Kepada hamba-Nya bertakwa, Allah menjanjikan akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Di dunia orang bertakwa akan mendapatkan solusi setiap masalah yang dihadapi dan diberi limpahan rizki yang tak disangka-sangka, sebagaiman firman-Nya:


“…. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.  Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs At-Thalaq 2-3)
Hamba Allah yang bertakwa juga akan mendapatkan kebaikan, kemuliaan hidup di dunia ini hingga di akhirat kelak. Bahkan jika sekelompok masyarakat yang mendiami suatu negeri itu menjadi hamba-Nya yang bertakwa maka Allah Swt menjanjikan keberkahan- kemakmuran dan kesejahteraan yang dicurahkan dari langit maupun bumi. Akan tetapi sebaliknya, jika ingkar kepada anugerah-Nya maka yang diperoleh juga sebaliknya pula. Perhatikan Firman-Nya dalam Qs. Al- A’raaf: 96 sebagai berikut:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya,” (Qs. Al-A’raaf: 96).


KHUTBAH KEDUA
Saudaraku, jamaah jum’at rahimakumullah.
Setelah kita paham terhadap keutamaan ibadah jum’at dan menjaga ketakwaan, masihkah kita akan abai terhadap amalan ini?  Ya kita harus selalu peduli,  harus tetap kita ingat, bahwa pada setiap hari jum’at adalah “induk” hari dalam satu pekan yang di dalamnya kita harus melakukan kewajiban ibadah jum’at, kecuali jika memang berhalangan secara syar’i. Ingat firman Allah dalam Qs Al -Jum’ah ayat 9 sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Yang sudah lalu biarlah berlalu dan dijadikan sebagai pemicu dan pemacu perbaikan ibadah kita. Dengan berharap pertolongan Allah Swt, untuk ke depan marilah kita berusaha dan bermohon kepada Allah untuk bisa memperbagusi amal ibadah jum’at dan meningkatkan ketakwaan kita hingga Allah menutup usia kita dalam kondisi husnul khatimah.
Pada akhirnya, marilah kita akhiri majelis ini dengan bermunajat kepada Allah SwT, semoga senantiasa membimbing kehidupan kita, menjadikan keluarga kita yang sakinah-mawaddah- wa rahmah. Dijadikannya anak-cucu kita sebagai hamba-Nya yang shalih – shalihah; serta menjadikan kita sebagai ahli ibadah. Amin.•


———————————–
Radix Mursenoaji, ketua PCM Sukun Kota Malang periode 2005 – 2015, juga anggota Majelis Tabligh PDM Kota Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar